Bonjour ! Pembaca Rakyat.id, untuk akhir bacaan bersama kita kan membaca prestasi dari segala umur terkait panjat tebing.
Panjat tebing wanita telah menjadi salah satu bidang olahraga yang menarik perhatian global, terutama sejak masuk ke Olimpiade pada 2020. Artikel ini menyajikan tinjauan mendalam tentang prestasi atlet wanita terkenal dunia, berdasarkan dari segala sumber.
Kami akan mengeksplorasi berbagai disiplin, termasuk bouldering, lead climbing, dan mountaineering, serta dampak mereka terhadap olahraga ini.
Profil Atlet dan Prestasi Utama
Berikut adalah tabel yang merangkum beberapa atlet terkenal beserta prestasi mereka, diurutkan berdasarkan tahun lahir untuk memberikan perspektif historis:
Nama | Kebangsaan | Disiplin Utama | Tahun Lahir | Prestasi Utama |
---|---|---|---|---|
Lucy Walker | Inggris | Mountaineering | 1836 | Wanita pertama yang mendaki Matterhorn (1871) dan Eiger, mencatatkan several first ascents. |
Gertrude Bell | Inggris | Mountaineering | 1886 | Mendaki Matterhorn pada 1904, salah satu pionir di Engelhorner range. |
Junko Tabei | Jepang | Mountaineering | – | Wanita pertama yang mendaki Everest (1975), menyelesaikan Seven Summits pada 1992, pendiri Ladies Climbing Club. |
Catherine Destivelle | Prancis | Trad, Solo | 1960 | Solo climb North Face Eiger dalam 15 jam (1992), first ascents signifikan seperti Chouca dan Trango Tower. |
Lynn Hill | Amerika Serikat | Solo, Big Wall | 1961 | First free ascent The Nose, El Capitan (1993, 4 hari; 1994, <24 jam), pelopor free climbing. |
Beth Rodden | Amerika Serikat | Trad | – | First free climb Lurking Fear, El Capitan (2000), kedua wanita free climb The Nose (2005), sent 8c+ Meltdown (2008). |
Sasha DiGiulian | Amerika Serikat | Lead, Trad | – | >30 first female ascents, first female ascent Magic Mushroom (Eiger, 2015), ketiga wanita 9a pada 18 tahun. |
Shauna Coxsey | Inggris | Bouldering | 1993 | Wanita Inggris pertama menang Piala Dunia Bouldering, salah satu dari 4 wanita 8B+ (V14), rekor speed Inggris. |
Hazel Findlay | Inggris | Trad, Solo, Big Wall | 1989 | First British female E9, free climb El Capitan 4 kali, Golden Piton 2013. |
Margo Hayes | Amerika Serikat | Lead, Boulder | 1998 | Wanita pertama 9a+ (La Rambla, 2017), sent 14 rute 5.14a+. |
Janja Garnbret | Slovenia | Lead, Boulder | 1998 | Medali emas Olimpiade Tokyo 2020, tidak terkalahkan musim bouldering, dominasi Piala Dunia. |
Ashima Shiraishi | Amerika-Jepang | Boulder, Lead | 2001 | Kedua wanita dan termuda 9a/9a+ pada 13 tahun, first V15 (Horizon, Jepang, 2016). |
Angela Eiter | Austria | Lead | – | Wanita pertama 9b (La Planta de Shiva, 2017), first outdoor 8c+ pada 21 tahun. |
Oriane Bertone | Prancis | Boulder | – | Termuda V14 pada 12 tahun (2018), first ascent Satan I Helvete Low V15 pada 15 tahun (2020). |
Natalia Grossman | Amerika Serikat | Boulder, Lead | – | Silver bouldering dan kombinasi 2019 IFSC Youth, 4 podium lead, silver World Championships 2021. |
Tabel ini mencakup atlet dari berbagai era, menunjukkan evolusi panjat tebing wanita dari mountaineering tradisional hingga kompetisi modern. Misalnya, Lucy Walker dan Gertrude Bell adalah pionir pada abad ke-19, sementara Janja Garnbret dan Margo Hayes mendominasi era kontemporer.
Analisis Prestasi Berdasarkan Disiplin
- Mountaineering: Junko Tabei menonjol dengan pendakian Everest pada 1975, menjadi simbol keberanian wanita di gunung tertinggi dunia. Lucy Walker juga mencatatkan sejarah dengan Matterhorn dan Eiger, menantang norma gender pada masanya.
- Tradisional dan Solo Climbing: Catherine Destivelle dan Lynn Hill membuka jalan dengan solo climb dan free climbing. Destivelle, misalnya, menunjukkan keberanian dengan solo North Face Eiger, sementara Hill mengubah persepsi tentang kemampuan wanita di tebing ekstrem seperti El Capitan.
- Kompetisi (Bouldering dan Lead): Janja Garnbret adalah figur dominan, dengan medali emas Olimpiade dan rekor tidak terkalahkan. Shauna Coxsey dan Ashima Shiraishi juga mencatatkan prestasi di bouldering, dengan Coxsey menjadi salah satu dari sedikit wanita yang mencapai 8B+.
- First Ascents dan Rekor: Margo Hayes dan Angela Eiter mencatatkan rute sulit, seperti 9a+ dan 9b, yang sebelumnya dianggap mustahil untuk wanita. Sasha DiGiulian juga menonjol dengan lebih dari 30 first female ascents, termasuk Magic Mushroom di Eiger.
Kontribusi dan Dampak
Para atlet ini tidak hanya mencatatkan prestasi pribadi, tetapi juga menginspirasi generasi berikutnya. Misalnya, Lynn Hill menginspirasi Beth Rodden, yang kemudian menjadi tokoh penting di trad climbing. Di Indonesia, atlet seperti Aries Susanti Rahayu dan Desak Made Rita Kusuma Dewi juga menonjol, dengan Aries memecahkan rekor dunia speed pada 2019 dan Desak memenangkan medali emas Kejuaraan Dunia 2023, menunjukkan pengaruh global olahraga ini.
Kontroversi dan Tantangan
Meski prestasi mereka jelas, ada diskusi tentang pengakuan gender dalam panjat tebing. Sebagai contoh, pada 1939, kelompok wanita di Wyoming harus bangun lebih awal untuk membuktikan kemampuan mereka tanpa bantuan pria, menunjukkan sentimen negatif yang mereka hadapi. Solo climb, seperti yang dilakukan Destivelle, juga sering dianggap berisiko tinggi, menimbulkan debat tentang keamanan versus pencapaian.
Kesimpulan
Prestasi panjat tebing wanita terkenal dunia mencakup berbagai disiplin, dari mountaineering hingga kompetisi modern. Atlet seperti Janja Garnbret, Lynn Hill, dan Margo Hayes telah memecahkan batas, sementara pionir seperti Junko Tabei dan Lucy Walker membuka jalan bagi inklusi gender. Informasi ini diambil dari sumber terpercaya, memberikan gambaran lengkap tentang kontribusi mereka terhadap olahraga ini.
Sumber : {dari segala sumber}
———–
[rakyat.id]