Bagaimana Sejarah Teater Romawi dan Pengaruhnya Pada Seni Pertunjukan ?

Oleh rfq
0 Komentar
Hej! Pembaca Rakyat.id, mari kita lanjutkan membaca bersama terkait “Sejarah Teater Dunia” serta asal usul dan pengaruhnya.
Sejarah teater Romawi mencakup perkembangan seni pertunjukan di Kekaisaran Romawi dan Republik Romawi, kira-kira dari abad ke-3 SM hingga abad ke-5 M. Berbeda dengan teater Yunani kuno yang berfokus pada nilai estetika dan keagamaan, teater Romawi lebih menekankan hiburan massal, sering kali bersifat spektakuler dan berorientasi pada selera populer. Teater Romawi sangat dipengaruhi oleh tradisi Yunani, tetapi juga menggabungkan elemen lokal seperti komedi Etruria dan tradisi improvisasi Italia. Berikut adalah penjelasan singkat tentang sejarah, karakteristik, dan perkembangan teater Romawi:

Asal-Usul dan Pengaruh

  1. Pengaruh Yunani

    • Teater Romawi berkembang setelah kontak dengan budaya Yunani, terutama setelah Perang Punic Pertama (264–241 SM) dan penaklukan kota-kota Yunani di Italia Selatan (Magna Graecia).
    • Drama Yunani, seperti tragedi karya Sophocles dan komedi karya Aristophanes, diadaptasi ke dalam bahasa Latin. Penulis Romawi seperti Plautus dan Terence mengadaptasi komedi Yunani Baru (karya Menander) ke dalam genre yang disebut fabula palliata (komedi dengan latar Yunani).
    • Tragedi Yunani juga diadaptasi sebagai fabula crepidata, tetapi kurang populer dibandingkan komedi.
  2. Pengaruh Lokal

    • Tradisi Etruria, seperti tarian dan musik dalam ritual keagamaan, memengaruhi teater Romawi. Fescennine verses, puisi ejekan improvisasi dari pedesaan Italia, menjadi cikal bakal komedi Romawi.
    • Atellan Farce (fabula Atellana), komedi improvisasi dari Campania, menampilkan karakter stok seperti Maccus (badut) dan Bucco (pelahap). Ini menjadi populer sebelum drama tertulis berkembang.
    • Ludi (festival publik): Pertunjukan teater diadakan selama festival keagamaan dan politik, seperti Ludi Romani atau Ludi Plebeii, yang disponsori negara atau individu kaya untuk menghibur rakyat.
  3. Tonggak Awal

    • Teater Romawi resmi dimulai pada 240 SM, ketika Livius Andronicus, seorang budak Yunani yang dimerdekakan, mementaskan drama Latin pertama (tragedi dan komedi) di Ludi Romani. Ia dianggap sebagai bapak sastra Romawi.
    • Pertunjukan awal ini menggantikan tradisi improvisasi dengan naskah tertulis, meskipun elemen improvisasi tetap ada dalam bentuk lain.

Jenis dan Genre Teater

  1. Komedi

    • Fabula Palliata: Komedi berlatar Yunani, menggunakan kostum Yunani (pallium). Penulis terkenal:
      • Plautus (254–184 SM): Menulis komedi penuh humor fisik, permainan kata, dan situasi lucu. Karya terkenal: Miles Gloriosus (Prajurit Pembual), Pseudolus.
      • Terence (195/185–159 SM): Komedinya lebih halus, fokus pada karakter dan dialog. Karya terkenal: The Brothers (Adelphoe), The Eunuch.
    • Fabula Togata: Komedi berlatar Romawi dengan kostum lokal (toga), fokus pada kehidupan sehari-hari. Kurang populer dibandingkan palliata.
    • Atellan Farce: Komedi pendek improvisasi dengan karakter karikatur, sering cabul, populer di kalangan rakyat.
    • Mime: Bentuk komedi tanpa topeng yang muncul kemudian, sering satir dan vulgar. Wanita diizinkan tampil dalam mime, tidak seperti drama lain.
  2. Tragedi

    • Fabula Crepidata: Tragedi berlatar Yunani, diadaptasi dari karya seperti Euripides.
    • Fabula Praetexta: Tragedi berlatar Romawi, berdasarkan sejarah atau mitologi Romawi, seperti kemenangan militer. Contoh: Octavia (meskipun atribusinya diperdebatkan).
    • Penulis terkenal: Ennius dan Accius. Namun, tragedi kurang populer karena penonton Romawi lebih menyukai hiburan ringan.
    • Seneca (4 SM–65 M): Penulis tragedi terkemuka di era Kekaisaran, meskipun dramanya (misalnya Medea, Thyestes) mungkin ditujukan untuk pembacaan, bukan pementasan. Karyanya penuh kekerasan dan retorika, memengaruhi teater Renaissance.
  3. Pantomime

    • Muncul di era Kekaisaran (abad ke-1 SM), pantomime adalah tarian naratif solo oleh aktor bertopeng yang menggambarkan cerita mitologi, diiringi musik dan narator.
    • Pantomime sangat populer karena sifatnya yang visual dan emosional. Aktor pantomime seperti Pylades dan Bathyllus menjadi selebritas.

Struktur dan Elemen Pertunjukan

  1. Panggung dan Arsitektur

    • Awalnya, teater Romawi menggunakan panggung sementara dari kayu untuk festival. Pada 55 SM, Pompey membangun teater permanen pertama di Roma, Theatre of Pompey, dengan kapasitas ribuan penonton.
    • Struktur teater:
      • Cavea: Tempat duduk penonton, sering dibagi berdasarkan kelas sosial.
      • Orchestra: Area setengah lingkaran, digunakan untuk senator atau musisi, bukan paduan suara seperti di Yunani.
      • Scaena: Panggung besar dengan latar dekoratif (scaenae frons), sering dihias kolom dan patung.
    • Teater Romawi lebih tertutup dibandingkan amfiteater Yunani, dengan atap parsial untuk akustik dan perlindungan.
  2. Aktor dan Kostum

    • Aktor (semua pria, kecuali dalam mime) disebut histriones. Mereka sering dari kelas rendah atau budak, meskipun aktor terkenal seperti Roscius bisa kaya dan dihormati.
    • Topeng digunakan dalam komedi dan tragedi untuk memperjelas karakter (misalnya, tua/muda, pria/wanita). Pantomime menggunakan topeng ekspresif, sementara mime tidak.
    • Kostum mencerminkan jenis drama: pallium untuk komedi Yunani, toga untuk drama Romawi, atau jubah dramatis untuk tragedi.
  3. Musik dan Paduan Suara
    • Musik memainkan peran besar, dengan alat seperti tibia (seruling ganda) dan lyra. Nyanyian (cantica) sering menggantikan dialog dalam komedi Plautus.
    • Paduan suara kurang penting dibandingkan teater Yunani, sering digantikan oleh monolog atau musik instrumental.

Konteks Sosial dan Politik

  • Hiburan Massal: Teater Romawi dirancang untuk menghibur rakyat, sering kali disponsori oleh politisi untuk mendapatkan dukungan publik. Ini berbeda dengan teater Yunani yang lebih terkait ritual keagamaan.
  • Penonton: Beragam, dari senator hingga rakyat biasa. Wanita dan budak bisa hadir, meskipun tempat duduk dipisahkan berdasarkan status.
  • Kontroversi: Elit Romawi seperti Cicero kadang mengkritik teater sebagai tidak bermoral, terutama mime dan pantomime yang vulgar. Namun, popularitasnya tak terbendung.
  • Propaganda: Drama seperti fabula praetexta digunakan untuk memuliakan sejarah Romawi atau tokoh seperti Julius Caesar.

Kemunduran dan Warisan

  • Kemunduran: Pada abad ke-3 hingga ke-5 M, teater Romawi menurun karena krisis ekonomi, invasi, dan kebangkitan Kekristenan, yang menganggap teater sebagai amoral. Mime dan pantomime bertahan lebih lama karena sifatnya yang sederhana.
  • Warisan:
    • Komedi Plautus dan Terence memengaruhi teater Renaissance, termasuk Shakespeare dan Molière.
    • Tragedi Seneca menginspirasi drama Elizabethan, seperti Hamlet dan Titus Andronicus.
    • Arsitektur teater Romawi menjadi model untuk amfiteater modern.
    • Tradisi pantomime memengaruhi seni tari dan teater bisu.

Catatan

  • Banyak naskah teater Romawi hilang; yang tersisa adalah karya Plautus, Terence, dan Seneca, serta fragmen dari penulis lain.
  • Teater Romawi lebih beragam genrenya dibandingkan Yunani, mencerminkan selera heterogen Kekaisaran Romawi.
  • Wanita mulai muncul dalam mime pada era Kekaisaran, sebuah kemajuan dari tradisi Yunani yang hanya melibatkan aktor pria.

Semoga bahan bacaan ini membuat anda termotivasi dan selamat hari libur.


[rakyat.id]

Leave a Comment

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Adblock Detected

Please support us by disabling your AdBlocker extension from your browsers for our website. Silahkan enable adblocker anda untuk tetapmendukung Suara Kami Tetap Independen