Literasi bukan hanya soal bisa membaca dan menulis, tetapi juga tentang bagaimana seseorang memahami informasi, berpikir kritis, dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Sayangnya, kesenjangan literasi masih menjadi tantangan besar di banyak negara, termasuk Indonesia.
Meski data BPS tahun 2022 mencatat bahwa 96,83% penduduk Indonesia sudah melek huruf, angka ini belum mencerminkan seberapa baik mereka bisa memahami dan menerapkan informasi. Masih banyak yang kesulitan dalam membaca dengan pemahaman, menganalisis informasi, atau membedakan berita asli dan hoaks.
Masalah ini tidak bisa dianggap sepele, karena literasi yang rendah berpengaruh pada banyak aspek kehidupan, mulai dari pendidikan, pekerjaan, hingga partisipasi dalam demokrasi. Lalu, apa yang menyebabkan kesenjangan literasi ini? Dan bagaimana cara mengatasinya?
Apa yang Menyebabkan Kesenjangan Literasi?
Salah satu penyebab utama adalah ketimpangan akses pendidikan. Sekolah-sekolah di perkotaan biasanya punya fasilitas yang lebih lengkap, tenaga pengajar yang lebih memadai, dan akses ke buku serta teknologi. Sebaliknya, di daerah terpencil, masih banyak sekolah yang kekurangan guru dan minim fasilitas.
Selain itu, budaya membaca di Indonesia juga masih rendah. Banyak orang lebih terbiasa menghabiskan waktu dengan media sosial atau hiburan instan dibandingkan membaca buku. Anak-anak yang sejak kecil tidak dibiasakan membaca cenderung sulit mengembangkan kebiasaan ini saat dewasa.
Faktor ekonomi juga memainkan peran besar. Keluarga dengan penghasilan rendah sering kali kesulitan menyediakan buku atau akses internet bagi anak-anak mereka. Akibatnya, mereka tertinggal dalam hal literasi, terutama di era digital seperti sekarang.
Kemajuan teknologi sebenarnya membuka peluang besar untuk meningkatkan literasi, tetapi di sisi lain juga menimbulkan tantangan baru. Tidak semua orang memiliki kemampuan untuk memilah informasi yang benar, dan banyak yang masih mudah terpengaruh oleh berita palsu atau propaganda di media sosial.
Apa Dampaknya bagi Masyarakat?
Literasi yang rendah bisa berdampak luas. Dalam dunia kerja, misalnya, orang dengan kemampuan literasi yang kurang akan kesulitan memahami instruksi, beradaptasi dengan teknologi baru, atau mengembangkan keterampilan komunikasi. Ini bisa membuat mereka kalah bersaing di pasar kerja.
Di sisi sosial dan politik, rendahnya literasi membuat masyarakat lebih rentan terhadap hoaks dan misinformasi. Akibatnya, mereka bisa lebih mudah dimanipulasi dan kurang kritis dalam mengambil keputusan, termasuk dalam urusan demokrasi.
Kesenjangan literasi juga memperburuk ketimpangan sosial. Orang yang memiliki keterampilan literasi rendah cenderung lebih sulit keluar dari lingkaran kemiskinan, karena mereka punya akses terbatas terhadap informasi yang bisa meningkatkan kualitas hidup mereka.
Bagaimana Cara Mengatasinya?
Untuk mempersempit kesenjangan literasi, akses pendidikan berkualitas harus menjadi prioritas. Pemerintah perlu memastikan bahwa sekolah di daerah terpencil memiliki fasilitas yang memadai dan tenaga pengajar yang cukup.
Budaya membaca juga perlu ditanamkan sejak dini, baik di rumah maupun di sekolah. Program-program seperti “Gerakan Literasi Nasional” bisa lebih digencarkan dengan melibatkan komunitas dan perpustakaan desa.
Selain itu, literasi digital semakin penting di era informasi. Masyarakat perlu diberi edukasi tentang cara memilah informasi yang kredibel dan mengenali berita palsu agar tidak mudah terpengaruh oleh misinformasi yang beredar di internet.
Sektor swasta dan organisasi non-pemerintah juga bisa berkontribusi, misalnya dengan menyediakan buku gratis, pelatihan literasi digital, atau program beasiswa bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu.
Kesimpulan
Kesenjangan literasi bukan hanya persoalan bisa membaca atau tidak, tetapi juga soal bagaimana seseorang memahami dan menggunakan informasi dalam kehidupan sehari-hari. Jika tidak segera diatasi, masalah ini bisa memperburuk ketimpangan sosial, menghambat peluang kerja, dan bahkan melemahkan demokrasi.
Meningkatkan akses pendidikan, membangun budaya membaca, serta memperkuat literasi digital adalah langkah penting untuk menciptakan masyarakat yang lebih cerdas, kritis, dan berdaya saing. Dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, kesenjangan literasi bisa dipersempit dan masa depan yang lebih inklusif bisa diwujudkan.