191
Hola! Pembaca Rakyat.id, kita kan membaca bersama terkait olahraga keterampilan tradisional  memanah.
Kyudo adalah seni memanah tradisional Jepang yang tidak hanya berfokus pada keterampilan fisik, tetapi juga pada pengembangan spiritual, mental, dan estetika. Berikut adalah sejarah Kyudo secara ringkas dan terstruktur:
Asal dan Perkembangan Awal
-
Zaman Prasejarah hingga Periode Yayoi (sekitar 300 SM):
-
Panahan sudah ada di Jepang sejak zaman Jomon (10.000 SM), digunakan untuk berburu. Bukti arkeologi seperti ujung panah batu ditemukan di situs-situs kuno.
-
Pada periode Yayoi, pengaruh Tiongkok membawa busur yang lebih canggih, digunakan untuk perang dan ritual.
-
-
Periode Kofun hingga Nara (300–794 M):
-
Panahan menjadi bagian penting dalam militer dan upacara keagamaan. Busur Jepang (yumi) mulai memiliki bentuk asimetris khas, lebih panjang di bagian atas untuk memudahkan penggunaan sambil menunggang kuda.
-
Panahan dikaitkan dengan ritual Shinto, seperti memanah untuk mengusir roh jahat (yabusame, panahan berkuda, berasal dari periode ini).
-
-
Periode Heian (794–1185):
-
Panahan berkembang sebagai keterampilan samurai (bushi). Teknik kyujutsu (seni memanah) menjadi bagian dari pelatihan militer, dengan fokus pada akurasi dalam pertempuran.
-
Kompetisi panahan seperti “Toshiya” (memanah di koridor kuil Sanjusangendo) mulai populer, menunjukkan keterampilan dan status sosial.
-
Periode Feudal dan Munculnya Kyudo
-
Periode Kamakura hingga Muromachi (1185–1573):
-
Samurai menganggap panahan sebagai inti dari “jalan prajurit” (bushido). Kyujutsu mencapai puncaknya, dengan sekolah-sekolah seperti Ogasawara-ryu yang mengajarkan teknik dan etiket.
-
Yabusame (panahan berkuda) menjadi simbol keberanian dan kebangsawanan, sering ditampilkan dalam festival.
-
-
Periode Sengoku (1467–1603):
-
Dengan munculnya senjata api, panahan kehilangan dominasi di medan perang. Namun, kyujutsu tetap dihargai sebagai seni dan simbol status samurai.
-
-
Periode Edo (1603–1868):
-
Di era damai, kyujutsu beralih dari fungsi militer ke disiplin spiritual dan estetika, menandai transisi ke Kyudo (“jalan busur”).
-
Sekolah-sekolah seperti Heki-ryu dan Ogasawara-ryu menetapkan aturan formal, termasuk gerakan ritual (kata) dan filosofi Zen. Kyudo mulai menekankan harmoni, kesadaran diri, dan meditasi.
-
Kompetisi seperti Toshiya terus diadakan, dengan catatan legendaris seperti Wasa Daihachiro yang memanah 13.053 anak panah dalam 24 jam pada 1686.
-
Era Modern
-
Periode Meiji (1868–1912):
-
Modernisasi Jepang dan larangan samurai membawa tantangan bagi Kyudo. Banyak dojo tutup, dan panahan tradisional kalah populer dibandingkan olahraga Barat.
-
Namun, Kyudo dipertahankan sebagai warisan budaya oleh praktisi seperti Honda Toshizane, yang menggabungkan berbagai aliran menjadi pendekatan terpadu.
-
-
Abad 20 hingga Sekarang:
-
Pada 1930-an, All Japan Kyudo Federation (Zen Nihon Kyudo Renmei) didirikan untuk menstandarisasi teknik dan mempromosikan Kyudo secara nasional.
-
Setelah Perang Dunia II, Kyudo bangkit sebagai seni bela diri yang menekankan pengembangan pribadi, bukan hanya kompetisi.
-
Kyudo kini dipraktikkan di dojo di seluruh Jepang dan dunia, dengan turnamen seperti Kejuaraan Nasional Kyudo. Filosofi Kyudo, yang mencakup “shin-zen-bi” (kebenaran, kebaikan, keindahan), menarik praktisi global.
-
Keunikan Kyudo
-
Filosofi Spiritual: Berbeda dari panahan olahraga modern, Kyudo adalah meditasi bergerak, dipengaruhi oleh Zen dan Shinto. Tujuannya bukan hanya mengenai sasaran, tetapi mencapai kejernihan batin.
-
Busur Yumi: Busur tradisional Jepang terbuat dari bambu, kayu, dan kulit, dengan desain asimetris yang unik (panjang sekitar 2,2 meter).
-
Ritual dan Etiket: Setiap gerakan, dari memasuki dojo hingga melepas anak panah, diatur oleh prosedur formal (hassetsu, delapan tahap menembak).
-
Pakaian dan Estetika: Pemanah mengenakan hakama dan keikogi, dengan gerakan yang mengutamakan keanggunan dan harmoni.
Siapa yang Memainkannya
-
Dulu: Samurai, bangsawan, dan pendeta Shinto, dengan fokus pada pria. Wanita jarang terlibat, kecuali dalam konteks ritual.
-
Sekarang: Pria dan wanita dari segala usia di Jepang dan internasional. Kyudo diajarkan di sekolah, universitas, dan dojo, dengan komunitas global di negara seperti Amerika, Eropa, dan Asia. Praktisi termasuk atlet, seniman bela diri, dan mereka yang mencari pengembangan spiritual.
Kyudo di Dunia Modern
-
Kyudo tetap menjadi warisan budaya Jepang, diakui sebagai salah satu seni bela diri tradisional (budo).
-
Kompetisi modern menggunakan sistem peringkat (dan), mirip karate, dan menilai teknik, postur, serta ketepatan.
-
Kyudo juga dipraktikkan sebagai latihan mindfulness, menarik minat mereka yang mencari keseimbangan mental di era modern.
Semoga bermanfaat dan anda termotivasi tentang sejarah olahraga dunia.
[rakyat.id]