Esai

Kuil Pengabdian Sejati

 

Pendekar tanpa nama mempelajari sebuah puisi saat berada di kuil pengabdian sejati

 

Seandainya kau tanyakan kenapa aku tinggal di bukit hijau

Aku akan diam-diam tertawa;jiwaku tenang

Bunga-bunga persik mengikuti air sungai

Ada langit dan bumi lain di balik dunia manusia

Puisi karangan: Li Bai (Wangsa Tang)

Dari puisi, seorang pendekar tanpa nama belajar tentang  hidup kesederhanaan. Arti puisi mudah dimengerti, tidak rumit untuk dimengerti.  Kesederhanaan dalam hal ini bukanlah suatu kesederhanaan yang didapat tanpa mempunyai ilmu pengetahuan yang tinggi . Penyair menulisnya dengan penuh kemahiran tingkat tinggi.

Kerikil-kerikil putih berloncatan di arus sungai

Satu-dua lembar daun memerah di musim gugur yang dingin

Tak gugur hujan di jalan perbukitan

Namun bajuku basah di udara yang hijau segar

Puisi karangan: Wang Wei

( Wangsa Tang)

Lalu pendekar tanpa nama melihat semua pemandangan hijau dihadapan matanya, bertanya tentang langkah kehidupannya kembali. Pada saat itulah ia teringat tentang sebuah percakapan  antara Hu-ch’iu kepada Lie Zi;

Pengembara terbesar tak tahu ke mana ia pergi;

Pemandangan terbesar tak tahu apa yang dipandangnya.

Pengembaraannya tidak membawa ia ke suatu tempat lebih dari tempat lainnya;

Tidak memandangnya tak terarah

Ke suatu pemandangan lebih dari lainnya.

Itulah yang kumaksud memandang dengan benar

 

Puisi-puisi  ikut diceritakan dalam sebuah novel pengembara pendekar terbaik yang pernah saya baca yaitu NagaBumi karya Seno Gumira.

Berita Terkait

Load More Loading...Tidak ada Lagi artikel