Cerita WargaEsaiTokoh

Menu Korupsi Tersedia, Menerima Pesanan

Aneka pilihan merupakan suatu pilihan kebebasan dari dalam diri sendiri, lingkungan dan keadaban untuk berbuat secara sadar atau tindakan perilakunya sendiri. Yaitu Korupsi, Nepotisme dan Kolusi, menggunakan kata “Si dan “Me’ adalah perpaduan tepat untuk dilakukan secara bersama ataupun tersendiri. Suatu sifat alamiah dari “ Kehancuran”, “Kemiskinan” dan “Kekuasaan” dari perilaku KKN ini.

Silakan saja dilakukan terus sampai akhirnya semua akan berakhir sama dan lantas mati untuk semua manusia yang berada dalam radius hidupnya. Tidak perlu lagi membawa kata dosa dalam perbuatan ini ataupun mendapatkan timbal baik dari kehidupan, ketika sumpah sudah dilanggar lalu apalagi yang diharapkan. 

Teringat kata kutipan dari pemimpin besar , “ Penjahat tak pernah membangun negara. Mereka hanya memperkaya diri sambil merusak negara”.[Nelson Mandela]

Lalu apa yang tersisa di meja makan untuk dipesan, yaitu selembar menu makan dan minuman , antara lain ; Korupsi tambang emas kuah kuning, Nepotisme aturan golongan berkuasa, Kolusi aksi pajak rasa manis, korupsi oplosan rasa, Nepotisme anggaran rasa ancurin, kolusi keputusan tahu gejolak jiwa, korupsi pengadaan dan pengaduan kue dokumen, lalu masih banyak hal lainnya.

Saya kemudian membuka lagi lembaran berikutnya untuk pilihan rasa minumannya, yaitu antara lain ; Es barang bukti baru dan segar, Es aneka barang bukti korupsi komplikasi, Es penyitaan uang korupsi, Es penggeledahan mobil korupsi, Es coklat tanah hasil ganda dokumen rasa vanila. Mereka juga punya minuman hangat lainnya; Kopi korupsi bank robusta, Kopi bikin nama rekening fiktif dan Teh manipulasi tanpa rasa takut.

Setelah memilih menu korupsi, lalu apa lagi yang terlintas di dalam kepala,” Hening kemudian, apakah ada yang mau bertanya caranya ,” ada banyak pilihan ditawarkan kemudian mau yang cara sedikit takut, terbiasa, profesional atau kerjasama kelompok. Apa saja yang tercatat dan bisa dijelaskan , korupsi akut, korupsi ekstortif, korupsi investif, korupsi otogenik, korupsi politik, korupsi predatori, korupsi transaktif, korupsi waktu, mungkin ada lagi menu tambahan di tempat lainnya dengan jenis nama berbeda.

Langsung teringat kutipan kata dari pemimpin besar, “ Negeri ini tidak akan hancur karena bencana atau berbeda. Tapi karena moral bejat dan perilaku korupsi,” [Gus Dur].

Apakah mereka puas akan menu itu semuanya, memakan dan meminum pesanan, ternyata tidak sampai disita saja pergerakannya. Pasti , mungkin, cepat atau lambat, diselidiki , tertidur, tertutupi atau menunggu meja hijau, hidup atau mati, terpenjara atau terperangkap tentunya akan terjerembab, terjengkang, terjerat dalam sumpah kepercayaannya. Tidak menjadi rahasia lagi bahwa “Kesempatan” ditambah keberanian berbuat curang merupakan ketangkasan keahlian spesial bagi “Oknum” untuk melakukan AKSI, serta memilih panduan cara korupsi yang baik, benar, halus, tanpa diketahui dan berjalan normal. 

Ramuan usia dan jenis kelamin tidak lagi menjadi penghalang, tua, muda, pria dan wanita, semuanya hanyalah nama pelaku kelak apabila tercatat sebagai terdakwa. Kekosongan spiritual merupakan ilmu bagi jiwa untuk selalu diingatkan agar tidak terperangkap dalam tirai-tirai kemewahan tanpa tersadarkan. Sungguh ironi dramatik ketika sudah banyak korbannya tetapi tidak tersampaikan secara jelas kepada ruang-ruang kesempatan. Negara kaya raya tetapi rakyatnya mati dalam kemiskinan, kebodohan, tanpa daya tapi merasa punya.

Tanpa berdebat panjang, koruptornya bersembunyi tak terlihat, memakai baju kekuasaan, kendaraan kekuatan, berilmu kejahatan dan obrol utak atik aturan untung. Lalu pertanyaannya kalau di tempat anda, korupsi favoritnya seperti apa?.

Penulis: [Moc]


[rakyat.id]

Berita Terkait