Welas Asih | Ruang Garasi | Pameran Lukisan

Oleh rfq
0 Komentar

Sebuah pameran yang membawa semangat Kasih Sayang terselenggara di sebuah ruang pameran mini

, atau lebih tepatnya sebagai galari alternatif, yang konsisten terus bergeliat mewarnai Seni Rupa Indonesia. Ruang artist inisiatif ini, nampak dikelola dan dihidupi dengan penuh kasih sayang oleh pemiliknya dan juga dengan didukung oleh banyak seniman, sehingga galeri yang bernama RUANG GARASI  ini, konsisten setiap bulan menampilkan sebuah perhelatan pameran seni rupa, dan kali ini, salah satu pameran yang sedang dihelat adalah pameran seni cetak atau seni grafis olek Kelompok 7, bertajuk WELAS ASIH, dengan catatan pengantar dari Mayek Prayitno—yang juga sekaligus sebagai salah satu peserta pameran.

Ruang Garasi | Welas Asih

Pameran ini adalah salah satu respon altruistik para seniman terhadap kondisi kemanusiaan saat ini untuk kembali mengutamakan dan menumbuhkan rasa welas asih yang direpresentasikan melalui karya seni grafis. Para seniman yang berpameran adalah Ardian, Gemar Aridewo, Mayek Prayitno, Puji Bagio, Ruth Adelyne, Sari Koeswoyo, dan Taufik Rachman. Pameran ini telah berlangsung sejak Sabtu, 22 Februari 2025 dan bisa dikunjungi setiap hari dari pukul 11.00 WIB – 18.00 WIB hingga 28 Februari 2025. Atau bisa membuat janji dahulu dengan senimannya.

Manusia, dalam kodratnya, membawa sifat-sifat yang kompleks, inherenitas seperti dorongan hasrat, perasaan mencintai dan agresi, yang mana merupakan salah satu watak yang sudah melekat didalam kerak alam bawah sadar. Ia adalah fondasi insting, yakni naluri untuk bertahan hidup. Dengan itu semua selain rasionalitas, peradaban dimungkinkan berkembang, akan tetapi naluri-naluri destruktif manusia selalu menyertai.

Disepanjang sejarah, dua entitas cinta dan benci (kekerasan) selalu mewarnai drama kehidupan. Kisah mitologi Yunani kuno, Oedipus Rex, yang kemudian diadopsi Sigmund Freud sebagai Oedipus Complex dan Electra Complex yang dipaparkan dalam psikoanalisa, adalah representasi dari sifat paradoks dan ambigu manusia, ia mencintai tapi sekaligus juga berpotensi bertindak kasar (benci). Apa yang digagas oleh psikoanalisa tak lain merupakan upaya untuk mengurai dan memetakan jiwa manusia yang kompleks tersebut agar pertentangan batin, cinta, dan benci dapat ditilik akarnya, karena kompleksitas dorongan cinta memicu banyak peperangan atau kekerasan, baik di masa lalu ataupun di masa sekarang.

BACA JUGA : pameran-lukisan-welas-asih-ruang-garasi-1-3/

 

Ada kisah cinta kuno yang mengakibatkan destruksi massif divisualisasikan melalui film Troya. Cinta ini melibatkan anak dan ratu raja dari dua kerajaan yang berbeda, Troya dan Sparta, sebab dari cinta oleh penculikan Ratu Sparta inilah yang menyebabkan perang besar dua kerajaan kuno di masa lalu. Kisah cinta senada juga terjadi di tanah Jawa 1357 Masehi. Saat itu Raja Majapahit Hayam Wuruk “takluk” pada kecantikan Dyah Pitaloka Citraresmi dari Kerajaan Sunda.

Namun, rencana pernikahan ini gagal akibat dari “ambisi penaklukan” panglima Gajah Mada yang menyerang rombongan Prabu Linggabuana dari Kerajaan Sunda. Perang ini berakhir dengan kematian Dyah Pitaloka yang bunuh diri. 

Kisah – kisah tragis itu memberi gambaran pada segenap kesadaran manusia saat ini. Bagaimana perasaan cinta itu begitu kompleks diikuti banyak printilan, dampak dan akibat terutama tanggung jawab. Bahwa mencintai bukan hal sederhana dengan dimensi dan tingkat kerumitannya. Meskipun begitu, ia seharusnya dilengkapi oleh sifat dan sikap welas asih atau empati. Dengan adanya rasa empatik atau perasaan welas asih ini, batin mampu merasakan penderitaan atau sesuatu yang bergejolak di dalam diri yang lain.

Dorongan merasakan atas sesuatu dari yang liyan ini merujuk pada gejala perkembangan jiwa manusia yang unggul atau super. Mirip dalam Ubermench-nya Nietzsche, yang melibatkan kreativitas, kemandirian, dan empati atau welas asih. Cara merasakan hal lain ini juga dapat ditemui dalam altruisme psikologis, perilaku yang mementingkan orang lain. Bahkan, di dalam ajaran Buddha sikap welas asih yang disebut “karuna” merupakan salah satu sifat luhur yang berkeinginan untuk menghilangkan atau menjauhkan penderitaan dari semua makhluk.

Pameran ini tentu menarik untuk diapresiasi, apakah karya-karya seni cetak atau grafis seni yang dihadirkan mampu mewakili perasaan welas Asih atau kasih sayang kita semua. Tentu saja sambil mengenal Ruang Garasi yang 

Sedikit Mengenal Ruang Garasi :

Ruang Garasi  adalah sebuah ruang pamer mini, tidak besar, simpel, tetapi begitu terasa berkelas, dengan daya ganggu yang cukup besar di Jakarta milik perupa Kana Fuddy Prakosa, yang terletak di Jl Gandaria IV no 2, Kramat Pela , Kebayoran Baru , sebelah selatan Taman Puring, Jakarta Selatan.

Ruang Garasi | Welas Asih

 Ruang pamer ini konsepnya adalah sebuah galeri alternatif, Perpaduan dan pertemuan bentuk dan ide dalam penyajian pameran seni di Ruang Garasi ini mempengaruhi kita dengan cara yang mendalam dan misterius, membuka pintu imajinasi. Bukan sekadar menampilkan karya seni, di Ruang Garasi setiap gagasan tema pameran yang dapat menciptakan percakapan budaya dan menggugah jiwa, selalu menjadi pertimbangan dalam setiap event yang digelar.

Sekarang, bayangkan Anda adalah kuratornya; bagaimana proses Anda merancang pengalaman menawan ini agar orang lain dapat menikmatinya dan mempelajarinya. Atau Anda seorang seniman; bagaimana mempersiapkan sebuah pameran entah bersama atau pameran tunggal, tentu akan banyak hal yang kemudian menjadi pertimbangan.

Adalah sebuah ironi jika dalam menyikapi sebuah perhelatan seni rupa pada hari ini, justru muncul pertanyaan publik kesenian kita yang nyaris seragam, “Gimana pamerannya, ada yang laku nggak?” Pertanyaan yang ironi, jika semua pameran seni kemudian dijadikan ukuran keberhasilannya sebuah acara adalah terjadi penjualan atau tidak, bukan pada prosesnya. 

 Lalu, apakah di Ruang Garasi karya yang dipamerkan tidak dijual? Tentu, penjualan tentu tetap sebagai salah satu bagian untuk menjaga keberlangsungan ruang pameran ini. Tetapi bagaimana melalui ruang alternatif ini mampu menghadirkan konsep galeri inisiasi artist dan ide pameran yang menjanjikan akan membangkitkan rasa ingin tahu semua orang yang datang untuk berapresiasi. Tentu  ruang pamer alternatif  dengan konsep seperti ini bukan satu-satunya yang ada di Jakarta. Di Yogyakarta tentu saja lebih mudah menemukan ruang alternatif sebagai ruang ekspresi para seniman.

Galeri seni bukan hanya sekadar tempat untuk menggantung lukisan atau karya seni lainnya, tetapi galeri seni juga merupakan panggung untuk perjalanan naratif, baik yang bersifat pribadi maupun komunal. Galeri seni adalah ruang di mana keheningan antar penonton bisa punya makna yang sama besarnya dengan diskusi yang ditimbulkannya. Setiap galeri, dari suasana modern minimalis hingga ruang kontemporer yang ramai, menawarkan kanvas unik untuk cerita yang ingin disampaikan oleh seni.

Dalam kegiatannya, Ruang Garasi sebagai galeri alternatif seringkali memiliki kurasi yang fleksibel, yang memungkinkan seniman untuk mengeksplorasi tema dan medium yang beragam. Ruang Garasi lebih fokus pada proses si seniman dalam berkarya seni dari pada hasil akhirnya, sehingga memungkinkan seniman untuk bereksperimen dan menghadirkan gagasannya.Beberapa kali pula kegiatan di Ruang Garasi melibatkan banyak seniman di event yang digelar. Artinya Ruang Garasi tumbuh menjadi galeri yang terbuka untuk bekerjasama dengan seniman dari berbagai disiplin apapun. 

Ruang Garasi | Welas Asih

Ruang Garasi juga beberapa kali mengajak seniman dari berbagai disiplin untuk berkolaborasi, sehingga menciptakan karya seni yang inovatif dan interdisipliner; juga seringkali berusaha untuk membuat seni lebih aksesibel bagi masyarakat luas, dengan cara menawarkan harga yang terjangkau, lokasi yang mudah dijangkau, dan program pendidikan yang menyertainya. Diharapkan, tumbuhnya ruang galeri alternatif seperti Ruang Garasi yang dikelola oleh Kana ini dapat menjadi ruang yang dinamis dan inovatif untuk mengembangkan seni dan budaya di Indonesia.

Muncul sebuah pertanyaan yang cukup menggelitik: “Tetapi apakah Mentri Kebudayaan sudah mengunjungi ruang yang dikelola dengan rasa kasih sayang ini?” Sayang sekali jika terlewati, jika hanya terlalu fokus dengan ruang ruang yang sudah punya nama besar saja dan mengabaikan ruang-ruang tumbuh seperti ini. Bukan hanya yang ada di Jakarta, tetapi juga di kota-kota kecil yang tidak dianggap sebagai peta perkembangan seni rupa kita.

Studio Bodo, 24 Februari 2024 

Penulis dan Artis : [Yaksa Agus}

Artist Kurator tinggal dan berkarya di Yogyakarta


[rakyat.id]

Leave a Comment

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Adblock Detected

Please support us by disabling your AdBlocker extension from your browsers for our website. Silahkan enable adblocker anda untuk tetapmendukung Suara Kami Tetap Independen