Tak seorang pun tinggal.
Seluruh Vietnam ada di alun2 itu.
di Hanoi, seorang petani kurus kering dan berjanggut berbicara kepada orang banyak.
ia punya banyak nama. sekarang mereka memanggilnya Ho Chi Minh.
bicaranya pelan dan lembut, seperti langkah kakinya. tak pernah tergesa, tetapi ia telah banyak berjalan dan selamat dari banyak kecelakaan. seperti sedang berbincang dengan tetangga di kampung ia berkata kepada orang banyak:
“di bawah panji² kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan, Prancis membangun lebih banyak penjara dibanding sekolah di negeri kita.”
ia berhasil selamat dari giyotin, dan beberapa kali dipenjara dengan kaki dirantai. negaranya masih terpenjara, tetapi tidak lagi, tidak akan pernah lagi: pagi itu di bulan September 1945, Ho Chi Minh mendeklarasikan kemerdekaan. dengan tenang, dan sederhana, ia berkata:
“kita merdeka sekarang.”
“kita tak akan lagi dihinakan. tak akan pernah!”
orang² bersorak gempita.
kerapuhan liat Ho Chi Minh adalah wujud energi tanah airnya, yang dikuatkan, seperti dia, dengan penderitaan dan kesabaran.
dari pondok kayunya, Ho memimpin dua perang panjang untuk kemerdekaan.
tuberkulosis membunuhnya sebelum kemenangan akhir terwujud.
ia ingin abunya ditebar bebas dalam tiupan angin, tetapi kamerad²nya memumikan dan membaringkannya di sarkofagus kaca.
Penulis Buku : Eduardo Galeano
Judul Buku : Mirrors
Penterjemah : [Wardah]
[Rakyat.id]