Kau bicara etika
Bersuara malu , ejekan sumpah serapah
Memberikan maaf katanya tak sopan dalam kebebasan berpendapat
Merasa di pojokan perilaku serta tata krama
Â
Wajahmu dijadikan kritikÂ
Sederetan tulisan berbaris undang gelak tawa
Pejabat dengan topi kekuasaan, malu
Berkemilau gelar lalu gusar dengan pendapat tak sejalan
Â
Anak kampung ngerti bersikap
Tak goyah, kemewahan sekejap
Tanah halaman, jiwa bermain
Tetangga rumah teman sejati berkeluh kesah
Â
Sekarang pergi ke kota
Bilang bangun negeri, membagi kesempatanÂ
Masuk dalam lingkaran setan
Bilang lebih baik dari pada kalian kelakÂ
Â
Kau hancurkan kampung halaman depan
Kau buatkan kubangan tempat bermainÂ
Berisi air merkuri beracun tanpa masa depanÂ
Lautan biru berubah menjadi lautan lumpur
Â
Hutan tak lagi hijauÂ
Banjir melibas sampai hancur rumah perkampungan
Longsor menyisakan pilu lalu korban
Kehancuran lingkungan , beracun lalu kering tanpa harapan
Â
Mereka marah
Kau tersindir dan masukan dalam penjaraÂ
Â
Kau pejabat negeri
Hidup dari alam kami, lalu bikin surat bilang hak pribadi
Â
Kau bukan anak kampung kami
Pergilah, jangan pernah kembali Â
Penulis : [MoC]
————————
[rakyat.id]