Ketika ia masih seorang anak kecil telanjang kaki menendang² bola yang terbuat dari perca kain di jalan tak bernama, ia menggosok lutut dan pergelangan kakinya dengan minyak kadal.
Demikian dikatakannya, dan dari sanalah keajaiban kakinya berasal.
José Leandro Andrade tidak banyak bicara. ia tidak merayakan gol² yang diciptakannya, tidak juga cintanya. ia menari melewati hadangan musuh dengan bola melekat di kakinya, dan bergerak dengan gaya anggun yang sama dengan ketika ia menari tango dengan seorang perempuan melekat di badannya.
Pada Olimpiade 1942, ia memukau Paris. penonton tergila², media massa menjulukinya “Si Hitam Ajaib.” kemasyhuran mengundang perempuan. surat berdatangan bak hujan, tak satu pun bisa dibacanya. semua ditulis di atas kertas berparfum, dikirim oleh perempuan² yang memamerkan kaki dan hembusan asap rokok dari pipa cangklong emas.
Saat kembali ke Uruguay, ia membawa sebuah kimono sutra, sarung tangan abu², dan sebuah jam tangan yang menghiasi pergelangan tangannya.
Semua itu dengan cepat berlalu.
Pada masa itu, sepakbola dimainkan dengan imbalan minuman anggur, makanan dan kegembiraan.
Ia menjual koran di jalanan.
Ia menjual medalinya.
Ia bintang kulit hitam pertama di sepakbola dunia.
Penulis Buku : (Eduardo Galeano)
Judul Buku: (Mirrors)
Penterjemah : [Wardah]
[rakyat.id]